Selasa, 07 Juni 2011

0 WANITA REVOLUSIONER DAN FEMINISME POSMODERN


Wacana gender mulai sering dibicarakan pada awal tahun 1977. Hal ini berawal ketika sekelompok feminis di London tidak lagi menggunakan isu-isu lama seperti patriarchal atau sexisttetapi menggantinya dengan wacana gender. Masalh kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, hingga masih adanya anggapan bahwa perempuan hanyalah kaum su-ordiner, sampai saat ini masih menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan.
    Upaya pembebasan diri kaum perempuan dari berbagai ketimpangan perlakuan dalam segala aspek kehidupan disebut gerakan feminism. Feminism diawali oleh presepsi tentang ketidakseimbangan posisi perempuan bila dibandingkan dengan laik-laki dalam masyarakat. Berdasarkan persepsi ini kemudian timbul berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan tersebut sehingga kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan dapat ditemukan, sesuai dengan potensi mereka sebagai manusia.
    Seiring dengan waktu, gerakan feminism menciptakan karakter perempuan-perempuan yang baru. Budaya postmodern ditahun 90-an semakin memperkuat kemunculan figure-figur perempuan yang menjadi sorotan. Perempuan yang mandiri, tangguh, tidak melihat dirinya sebagai korban dan menginginkan kekuasaan. Figur-figur perempuan ini menandai muncunya sebuah pemikiran feminism baru, yaitu feminism postmodern.
    Seperti halnya feminism yang mendasarkan diri pada wacana modernitas. Aliran feminsme postmodern ini, berkaitan dengan pemikiran posmodernisme. Pemikiran posmodernisme secara garis besar menekannkan pada konsep beranggapan bahwa perempuan bisa mengekspresikan dirinya 'sebagai' perempuan, tanpa terjerat ke dalam konsep sentral-marginal ataupun superior-inferior, karena memang pada dasarnya perempuan berbeda dengan lai-laki.
    Para pengarang popular telah menggambarkan era 1980-an dan 1990-an sebagai era "posfeminis". Sebuah era untuk keluar dari politik feminis terdahulu, yang telah menukar cita-cita politik mereka dengan mobilitas karier, yang menjadi bukti mereka telah menunjukan eksistensinya. Setelah dideklarasikan sebagai era posfeminis, pada masa ini bermunculan berbagai karya sastra ataupun film yang mengangkat tema posfeminis. Diwujudkan dalam berbagai bentuk, karya-karya tersebut mengangkat kisah-kisah tokoh utama perempuan dalam usahanya untuk menemukan kebahagian.
    Salah satu contoh karya sastra yang terbit pada masa tersebut ialah sebuah puisi karya seorang wanita Amerika Afrika Nikki Giovanni yang berjudul Dreams yang berarti mimpi. Dengan menggunakan sebuah representasi dirinya sebagai wanita modern yang revolusioner. Sebagai seorang wanita Amerika Afrika, Nikki Giovanni telah menulis puisi revolusioner yang mencerminkan pada budaya dan warisan ras nya. Menghabiskan banyak masa mudanya tumbuh di Knoxville, Tennessee, masa kanak-kanak Giovanni telah sangat mempengaruhi tulisannya. Nikki Giovanni, (Yolanda Cornelia Giovanni namanya diberikan) lahir 7 Juni 1943 di Knoxville Tennessee. Sebagai seorang anak, ia menghadiri sekolah Episkopal, dan ketika tiba saat baginya untuk mulai kuliah, dia terdaftar di Fisk University. Sebagai mahasiswa baru, Giovanni adalah seorang mahasiswa yang sangat memberontak, banyak mengabaikan aturan sosial sekolah. Sikap ini membawanya ke skorsing dari universitas sebelum tahun pertamanya bahkan selesai. Namun demikian, pada tahun 1964 ia kembali ke Fisk, dan karir tulisannya dimulai.
Menganalisis karya sastra merupakan penilaian terhadap karya sastra itu sendiri. Salah satu cara untuk mengetahui karya itu baik atau buruk, harus dimulai dari pemahaman unsur-unsur pembentukan karya sastra itu sendiri. Di sini yang dimaksud adalah unsur intrinsik puisi itu. Pemberian pemahaman unsur instrinsik dari puisi itu adalah untuk mengetahui apakah pemahaman itu dapat meningkatkan kualitas dalam menganalisis sebuah puisi. Rachmat Djoko Pradopo (1990), bahwa puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, yang digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi, bisa berfungsi sebagai kritik sosial, karena sebuah karya sastra tidak dapat mengelak dari kondisi masyarakat dan situasi kebudayaan tempat karya itu dihasilkan.

   Nikki Giovanni sebagai seorang wanita Afro-America menginginkan sebuah kebebasan didalam kehidupan pada umumnya. Tidak menjadi seorang wanita yang harus berada dalam jalur tekanan. di sini "I" merupakan seorang wanita yang mempunyai mimpi mencoba mengambil alih amerika, menunjukan bahwa warga atau masyarakat kulit putih amerika pada saat itu tidak sendirian. Maksudnya ialah warga kulit hitam juga dapat melakukan hal-hal yang memang seharusnya dilakukan sebagai seorang manusia.
      Feminisme posmodern (postmodern feminism) adalah sebuah pendekatan terhadap teori feminis yang memadukan teori posmodern dan postrukturalisme. para tokoh feminisme ini menghindari istilah-istilah yang mengisyaratkan adanya suatu kesatuan yang membatasi perbedaan. Mereka menolak untuk mengembangkan penjelasan dan penyelesaian yang menyeluruh mengenai opresi terhadap perempuan. Meskipun hal ini menghadirkan masalah besar bagi teori feminis, namun penolakan ini juga memperkaya pluralitas dalam feminisme.
Feminis posmodern mengundang setiap perempuan yang berefleksi dalam tulisannya untuk menjadi feminis dengan cara yang diinginkannya. Tidak ada satu rumusan tertentu untuk menjadi 'feminis yang baik'. Pada dasarnya feminisme posmodern memang menentang karakterisasi. ketika seorang wanita kulit hitam tidak mendapatkan haknya sebagai wanita. Ras mereka telah terinjak pada saat itu dan laki-laki kulit hitam menginjak-injak harkat dan martabat mereka sebagai seorang perempuan. Puisi yang mudah dicerna dan memiliki arti yang dapat dihubungkan dengan realitas kehidupan wanita kulit hitam pada saat itu.
Nikki berharap atau pun bermimpi mendapatkan kebebasan sebagai wanita modern yang tidak menginginkan hak-haknya terinjak. Menurut Prof. DR. Hamka Terbukanya keran demokrasi dan kebebasan berbicara telah membuka suara-suara dan ide-ide yang selama ini cendrung bungkam karena ditekan oleh tindakan represif penguasa. Sekarang, setiap orang bebas mengekspresikan kehendaknya tanpa takut lagi akan dihukum, diberendel, dan diberangus oleh pihak-pihak tertentu yang merupakan perpanjangan tangan penguasa.

 

Salah satu bidang yang mendapat porsi yang cukup besar dan mendapatkan ruang gerak yang leluasa adalah menyangkut masalah perempuan. Isu-isu dan gerakan tentang emansipasi, kesetaraan gender, dan perjuangan hak-hak perempuan telah menjadi perbincangan dan wacana yang menarik. Perbincangan dan perjuangan hak-hak perempuan timbul karena adanya suatu kesadaran, pergaulan, dan arus informasi yang membuat perempuan semakin kritis dengan apa yang menimpa kaumnya. Pejuang hak-hak perempuan sangat dipengaruhi oleh perkembangan feminisme itu sendiri. Inti dari puisi Nikki Giovanni tersebut ialah menginginkan hak-hak perempuan Afro-Amerika dalam sebuah kebebasan yang alami pada dasarnya dapat berpikir dan melakukan apapun layaknya seorang manusia tanpa ada unsur perbandingan dari sisi manapun pada masa itu oleh karena itu mungkin puisi ini telah terbit.

 
Daftar pustaka:
Hamka. Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta; Pustaka Panji Mas. Cet II.1985.
Pradopo, Rachmad Djoko, 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Semi, Atar. 19855. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Sumarjo, Jakob, 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.
http://grelovejogja.wordpress.com/2007/02/13/feminisme-menurut-hamka/

http://
en.wikipedia.org/wiki/Nikki_Giovanni/


 


 


 


 

 

Senin, 06 Juni 2011

0 wanita modern dan feminisme

Dua hari yang lalu saya tidur larut malam, hanya untuk menonton sebuah sinema ditayangkan oleh televisi swasta. Kisah seorang wanita yang berasal dari wonogiri berusaha untuk mempertahankan haknya sebagai seorang istri yang tidak mempunyai hak dihadapan suami dan keluarga suaminya.
Wagina bicara lagi, sebuah sinema yang berhasil membuat saya menulis dalam blog ini. Interpretasi seseorang tidak mutlak menghakimi bahwa sesuatu harus demikian adanya. Disini saya menginterpretasikan sinema ini sebagai sebuah potret feminisme ditengah kehidupan modern rakyat Indonesia, menurut Prof. DR. Hamka Terbukanya keran demokrasi dan kebebasan berbicara telah membuka suara-suara dan ide-ide yang selama ini cendrung bungkam karena ditekan oleh tindakan represif penguasa. Sekarang, setiap orang bebas mengekspresikan kehendaknya tanpa takut lagi akan dihukum, diberendel, dan diberangus oleh pihak-pihak tertentu yang merupakan perpanjangan tangan penguasa. Begitu pula dengan sinema yang satu ini, bahwa wagina menggunakan hak-haknya yang berjalan secara wajar pada awalnya ternyata tidak mendapatkan sebuah dukungan dan ia lebih cenderung bungkam.
Pemilihan sebuah judul juga menjadikan saya lebih kuat bahwa isi dari cerita ini merupakan sebuah bentuk perumpamaan wanita yang mencoba berbicara kepada para represif penguasa dan tak lain kaitannya dengan kesadaran para wanita bahwa mereka juga dapat berbicara. Emosi yang ditampilkan karakter kepada pembaca ialah kekesalan terhadap suami yang kurang bertanggung jawab dalam menghidupi keluarga dan anak-anaknya, peran wajah seorang karakter yang diperani oleh (wagina) itu sangat mendalam dan kadang membuat emosi penonton menggebu sampai-sampai membantu berbicara lewat imajinasi penonton.
Kisah ini sangat menonjolkan sisi wanita Indonesia yang mungkin pada dasarnya banyak melakukan “pernikahan diusia dini” tanpa dibarengi sebuah pengetahuan lebih dampak dan apa saja yang akan dihadapi oleh mereka.
Wagina seorang wanita modern yang sederhana, ia mencoba mempertahankan haknya sebagai wanita yang memiliki tekanan agar permintaannya dapat dikabulkan. Mempertahankan hak berarti ia memiliki pemikiran bahwa seorang wanita tidak harus diam menerima ketika mereka dicerca atau diasingkan dari kehidupan kekeluargaan. Pemikiran tersebut juga merupakan cikal bakal sebuah pemikiran feminisme.
Diakhir cerita Wagina mendapatkan kiriman surat dari rekan sekantornya dulu dan ternyata surat tersebut yang akan merubah kehidupannya kelak setelah ia bercerai dengan suaminya. Dengan bangga ia menghampiri anaknya yang pada kala itu sedang mengadakan upacara bendera ketika Indonesia sedang berulang tahun. Seraya kedua anaknya bertanya ke Wagina “ibu apakah kita sudah merdeka?” dengan percaya diri wagina menjawab “iya nak, kita sudah merdeka!”.
Merdeka dalam tanda kutip ia berhasil membuat dirinya bangga, tidak sebagai wanita Indonesia yang berada dalam tekanan dan jajahan seorang pria. Tetapi ia berhasil mempertahankan haknya sebagai wanita modern yang bebas berbicara, walau hanya dalam sebuah surat keputusan yaitu tentang perceraiannya.
Ini bukan sebuah dukungan moril terhadap wanita, bahwa wanita laiknya seperti Wagina. tetapi tidak demikian adanya. Ada suatu pertimbangan sebelum kita semua berkehendak dan pesan moral yang ditonjolkan didalam lebih kepada sebuah amarah dapat dipadamkan dengan kesabaran yang sangat, sabar tidak memiliki batasan. Ketika seseorang berkata “kesabaranku telah habis” saya memaknainya dengan bahwa orang yang telah berkata demikian itu sendiri tidak mempunyai sebuah kesabaran.

Senin, 30 Mei 2011

2 Potret Suram Irlandia dalam Modest Proposal karya Jonathan Swift

Latar Belakang
Jonathan Swift lahir di Dublin Irlandia pada 30 November 1667. Setelah ayahnya meninggal Jonathan Swift lulus dari Trinity College di Dublin pada tahun 1686. Setelah menerbitkan salah satu karya terbesarnya dari Oxford University pada tahun 1692, Swift masuk ke Church di Iran pada tahun 1694. A Modest Prosposal merupakan salah satu karyanya yang merupakan sebuah sindiran untuk masyarakat Iran yang pada saat itu mengalami kemiskinan sehingga swift membuat tulisan-tulisan yang berupa pamplet. Yang membuat Swift menciptakan tulisan tersebut dikarenakan Swift merasa sangat iba terhadap keadaan Iran pada saat itu karena itu merupakan kota kelahirannya. Karyanya ini merupakan sebuah perwujudan kekejaman Swift terhadap apa yang dia lihat sebagai skandal ekonomi dan politik pada pemerintah Inggris dan Iran. Pada waktu yang bersamaan, Swift secara langsung menyindir juga terhadap bagian dari katolik-protestan sejalan dengan teori ekonomi dan tujuan yang lainnya. A Modest Proposal telah dijadikan sebuah karya yang sangat berbeda dari gaya retoris cemerlana lainnya dan itu berlangsung untuk mengumpulkan pembaca baru dan menambah kritk perhatian untuk saat ini.
Tujuan penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka dengan tujuan penelitian ini penulis mengharapkan:
1. Adanya sebuah pemahaman dari analisis essay A Modest Proposal.
2. Memaparkan kurang lebihnya sebuah informasi dari isi dan luar essay yang berjudul A Modest Proposal.

Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan diatas, untuk memudahkan penulisan dalam penulisan ini, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang menjadi penyebab hal tersebut?
2. Bagaimanakah Swift menyikapi keadaan tersebut?


PEMBAHASAN
Sejak Irlandia ditaklukan oleh Inggris dalam abad ke-12, negeri itu tidak pernah diperintah secara langsung oleh raja-raja Inggris pemerintahan langsung dipegang oleh beberapa keluarga bangsawan Anglo-Irlandia, seperti keluarga-keluarga Fitzgerald, Butler, dan Burke. Irlandia pada masa itu dihuni oleh suku-suku Kelt yang masih sangat terbelakang jika dibanding dengan bangsa-bangsa barat Eropa lainnya.
Sudah sejak awal abad ke-17 kaum pionir Inggris menyebrangi samudra Atalantik mula-mula ke sekitar lautan karibia untuk membuka pekebunan-perkebunan, dan kemudian ke Amerika Utara untuk membuka daerah-daerah pertanian. Motif agama dan ekonomi ini kemudian juga mendorong kaum katolik Inggris untuk menetap dibarbagai tempat di Amerika Utara, antara lain di Maryland.
Dari sejarah Irlandia diatas merupakan salah satu gambaran bagaimana Swift telah membuat salah satu karyanya yang berjudul A Modest Proposal. Hal tersebut diakibatkan karena Swift sebagai orang Irlandia sendiri merasa bahwa pemerintahan disana tidak adil terhadap keadaan dan perkembangan ekonomi di Irlandia.
A Modest Proposal ini merupakan salah satu jalan penting yang memesan penulis dengan pembaca untuk membuat mereka melihat lebih dalam mengenai politik, moral kebenaran social dan suatu masalah yang siap digunakan dari sebuah ejekan. Essay tersebut benar-benar merupakan sebuah sindiran yang memiliki tujuan untuk menemukan jalan pembaca mengakui berbagai macam dari dinginnya peningkatan kekejaman dari rasionalisme yang tumpul ketika digunakan untuk masalah social diantaranya kemiskinan dan meningkatnya populasi.
Seperti Voltaire, Jonathan Swift membuat Ejekan ini melalui sebuah karakter dalam masalah ini, pembicara dari suatu proposal. Meskipun Voltaire cenderung untuk menghadirkan masalah yang lebih banyak dari sebuah pencerahan berdasarkan ejekan karakter, dampaknya adalam sebuah kesamaan sejak pembaca menggambarkan dan membuatnya untuk mengakui suatu yang benar-benar cacat dari pemikirannya pembicara dalam essay A Modest Proposal dapat secara dingin merundingkan sebuah menfaat ekonomi dan social dari adanya pembunuhan dan pemusnahan anak-anak tanpa berpikir panjang untuk masalah moral. Ejekan karakter ini dapat membuat suatu statement yang akan terlihat menjadi murni terhadap masalah ekonomi tanpa melihat sesuatu yang alami dari hal tersebut.
Analisis
A Modest Proposal ini merupakan sebuah Essay karya Jonathan Swift, yang didalamnya mengandung unsur-unsur yang berhubungan dengan kemasyarakatan mengenai politik, ekonomi, social dan moral. Dalam hal ini perlu diadakannya sebuah analisis isi yang jelas didalam ilmu social isi yang dimaksudkan berupa masalah-masalah social, ekonomi, poltik, I dan juga moral termasuk propaganda. Dan dalam karya sastra, isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. Analisis isi ini, khususnya dalam ilmu social sekaligus dapat dimanfaatkan secara kualitatif dan kuantitatif.
Oleh karena itu, melalui analisis tersebut maka dapat dikatakan bahwa A Modest Proposal dalam keseluruhan isinya, memiliki unsur-unsur yang telah disebutkan diatas. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi. Dalam karya sastra misalnya, dilakukan untuk meneliti gaya tulisan seorang pengarang. A Modest Proposal karya Jonathan Swift ini sindiran tajam bagi pemerintahan Irlandia yang tengah didominasi oleh jajahan Inggris. Salah satu hal yang terjadi pada saat itu adalah keika Swift merasa bahwa akibat kemiskinan yang terjadi di Irlandia juga telah mengancam bagi populasi kehidupan anak-anak khususnya pada saat itu, yang mana anak-anak dalam cerita tersebut dijadikan salah satu jalan atau cara untuk menanggulangi masalah tersebut. Seperti yang ada pada kutipan dibawah ini;
I THINK it is agreed by all parties, that this prodigious Number of Children in the arms, or on the backs, or at the Heels of their Mother, and frequently of their Father. Is in the present deplorable State of the Kingdom, a very great additional Grievance; and therefore, whoever could find out a fair, cheap, and easy method of making these Children sound and useful Members of the Commonwealth, would deserve so well of the publick, as to have his statue set up for a presenver of the Nation.

Dari kutipan diatas terlihat betapa mengerikannya hal yang terjadi di Irlandia tersebut, di mana akibat kemiskinan tersebut pemerintahannya telah menerapkan beberapa metode untuk menanggulanginya, salah satunya dengan cara mengurangi pertumbuhan anak-anak dengan cara menggugurkannya ketika masih dalam kandungan dan membunuh anak-anak yang tumbuh pada masa itu.
THERE is likewise another great Advantage in my Scheme, that it will prevent those voluntary Abortions, and that horrid Practice of Women murdering their Bastard Children; alas! Too Frequent among us; sacrificing the poor innocent Babes, I doubt, more to avoid the Expence than the Shame; which would move Tears and pity in the most Savage and inhuman Breast.

Kutipan diatas memperjelas bahwa keadaan tersebut telah menimbulkan berbagai macam hal, segala kehidupan sangat terancam terutama anak-anak, dimulai ketika seorang wanita itu sendiri harus menggugurkan kandungannya agar tidak ada peningkatan populasi sekaligus untuk memperbaiki tingkat ekonominya, anak-anak pada saat itu harus dibunuh dan dijual.
I AM assured by our merchants, that a Boy or Girl before twelve Years old, is no saleable commodity; and even when they come to his Age, they will not yield above three pounds, or three pounds and half a Crown at most, on the Exchange; which cannot turn to account either to the parents or the kingdom; the Charge of Nutriment and rags, having been at least four Times that value.
Begitulah pemerintahan yang ada di Irlandia pada saat itu, segala macam telah diterapkan untuk mengubah keadaan ekonomi yang sangat kacau dinegara tersebut. Seolah-olah tidak ada cara lain untuk menanggulanginya, sehingga Swift semakin merasa benci terhadap pemerintahan dan aturan yang ada dinegara tersebut. Pemerintahan di Irlandia memperdagangkan anak-anak pada usia 12 tahun karena menurutnya usia tersebut sangat pas untuk dijual dan dijadikan makanan seperti biasanya. Hal ini mengakibatkan Swift membuat rencana sendiri dengan memakai sindiran-sindiran tajamnya terhadap pemerintahan disana;
A VERY worthy person, a true lover of his Country, and whose Virtues I highly esteem, was lately pleased, in discoursing on his Matter, to offer a Refinement upon my Scheme.
He said, that many gentlemen of this Kingdom, having of late destroyed their deer; he conceived, that the want of venison might be well supplied by the bodies of young lads and Maidens, not exceeding fourteen years of Age, nor under twelve so great a Number of both sexes in every country being now ready to starve, for want of work and service:…..
Kutipan diatas merupakan salah satu rencana yang telah dibuat oleh Swift agar pemerintahan di
Irlandia, bisa sadar akan aturan-aturan yang telah dibuatnya, dan kenyataan dari aturan-aturan tersebut bukan membuat keadaan masyarakat dan ekonomi di Irlandia semakin membaik namun sebaliknya malah banyak yang merugikan masyarakat tersebut. Banyak hal yang harus mereka korbankan untuk kepentingan orang lain. Dan bukannya berubah menjadi baik namun keadaannya semakin memburuk, karena selain membunuh dan menjual anak-anak, tubuh perempuan usia 14 tahunpun mereka jual untuk alas an kepentingan ekonomi.
BUT in order to justify my friend; he confessed, that this Expedient was put into his Head by the famous Salmanazor, a Native of the Island Formosa who came from thence to London above twenty Years ago, and in conversation told my friend, that in his country, when any young person happened to be put to Death, the Executioner sold the carcase to person of Quality, as a prime Dainty; and that, in his time, the Body of a plump Girl of fifteen, who was crucified for an Attempt to passion the Emperor, was sold to his imperial Majesty’s prime Minister of state and other great Mandarins of the court, in joints from the Gibbet, at four hundred Crowns. Neither indeed can I deny, that if the same Use were made of several plump young girls in this town, who, without one single Groat to their Fortunes, cannot stir Abroad without a chair, and appear at the play-house, and Assembling in foreign Fineries, which they never will play for; the kingdom would not be the worse.
Swift melihat betapa hancurnya pemerintahan tersebut karena telah melakukan berbagai cara untuk mencapai segala keinginanya dalam menjajah Irlandia, lagi-lagi anak-anak yang telah menjadi korban kekejaman mereka demi meningkatnya kehidupan mereka.
Akibat dari pengaruh jajahan Inggris tersebut, mereka melakukan penjualan bayi-bayi mereka yang sudah mereka bunuh sekitar dua puluh ribu bayi yang telah mereka bunuh untuk dijadikan makanan selayaknya daging-daging hewan seperti biasanya.
Alangkah hancurnya hancurnya Negara tersebut, berada dibawah jajahan Inngris yang mendominasi Irlandia terhadap jajahan tersebut sehingga akhirnya masyarakat rela melakukan segala apapun yang telah diperintahkan oleh pemerintahan Inggris, selain itu pada saat yang bersamaan kedudukan seorang wanita sangat dikucilkan dan dianggap rendah sehingga disana kebanyakan wanita bahkan hampir seluruh sosok wanita yang menjadi korban eksploitasi selalin bayi dan anak-anak.
Masalah Irlandia selama berabad-abad merupakan duri dalam daging bagi Inggris. Persoalan pokok tentunya ialah ketidaksenangan orang-orang Irlandia untuk hidup sebagai bangsa taklukan. Persoalan pokok diperberat lagi oleh perbedaan agama dan oleh adanya permukiman orang-orang protestan asal Inggris dan Skotlandia yamg dalam abad-abad sebelumnya sengaja dimasukan kedaerah itu guna mematapkan kekuasaan Inggris di pulau itu. selanjutnya perlakuan-perlakuan tidak adil dan bahkan kadang-kadang kejam dibidang-bidang politik, ekonomi, dan agama yang dilakukan pemerintah Inggris terhadap orang-orang Irlandia menambah besarnya rasa dendam bangsa itu terhadap Inggris. Maka tidak heran dalam essay ini Swift sangat terlihat dendam terhadap pemerintahan Inggris dan akhirnya membuat sindiran-sindiran tersebut.
SUPPOSING that one thousand families in this city, would be constant Customer for infants Flesh; besides others who might have it at merry Meetings, particularly Weddings Thousand Carcasses; and the rest of the kingdom (where probably they will be sold somewhat cheaper)
Kutipan tersebut merupakan hal yang mendukung tentang pernyataan yang telah dituliskan diatas, berdasarkan apa yang telah terjadi di Irlandia pada saat itu.
Berikut ini merupakan kutipan yang mendasari bahwa Swift tidak memperdulikan hal apapun termasuk pendapat orang-orang mengenai tulisannya tersebut.
THEREFORE I repeat, let no men talk to me of these and the like Expedients; till the hath, at least, a Glimpse of hope, that there will ever be some hearty and sincere Attempt to put them practice.
Guna menghilangkan, atau setidak-tidaknya mengurangi, rasa dendam bangsa Irlandia ini, partai Liberal dalam abad ke-19 beberapa kali berhasil mengusahakan disahkannya beberapa undang-undang yang membebaskan orang-orang Irlandia, yang beragama katolik, dari kewajiban untuk menyokong Gereja Anglikan Irlandia yang sesungguhnya hanya diperuntukan para tuan tanah asal Inggris. Disamping itu, pada tahun-tahun 1870 dan 1881 disahkanlah undang-undang pertahanan (land act) yang bermaksud membebaskan orang-orang Irlandia dari eksploitasi dan penindasan tuan-tuan tanah terhadap mereka.

PENUTUP
Dari cerita diatas, dapat dilihat betapa mengerikannya kondisi Irlandia pada saat itu, karena berada dibawah jajahan Inggris. Kehidupannya bergantung pada peraturan-peraturan yang telah mereka buat sehingga banyak hal yang dapat membuat Swift merasa kehilangan keadilan untuk masyarkat Irlandia. Adanya eksploitasi terhadap anak-anak, dan rendahnya kedudukan wannita, sehingga mereka harus tunduk atas peraturannya tersebut.
Padahal jika dikaji lebih baik, banyak hal atau cara untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan seperti itu, terutama permasalahan ekonomi kita bisa melakukannya secara bijaksana, agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang ada. Oleh karena itu, kejadian tersebut menimbulkan sebuah pemikiran yang ada dala diri Swift melalui essaynya A Modest Proposal yang berupa usulan-usulan namun bermakna sindiran terhadap pemerintahan Inggris.

Referensi
Samekto. 1998. Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris. Daya Widya: Jakarta.
Eagleton, Terry. 1996. Teori Sastra. Jala Sutra: Yogyakarta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Ratna, Nyoman Khuta. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Atar, Semi. 1989. Kritik Sastra. Angkasa: Bandung.

0 Gambaran Postmodernisme dalam film "Beatiful Mind by Sylvia Nasar"

Sinopsis by Wikipedia
Film A Beautiful Mind mengisahkan seorang matematikawan John Nash (Russel Crowe) peraih nobel dalam bidang ilmu ekonomi pada tahun 1994. Dia adalah seorang matematikawan jenius tapi tak simpatik dan agak apatis. Dimulai tahun 1947 ketika dia bersekolah di perguruan tinggi Princeton dengan mendapat beasiswa Carniege. John Nash merupakan mahasiswa yang unik, ia tidak menyukai perkuliahan dan suka membolos, karena menurutnya berkuliah hanya membuang waktu saja dan mengekang kreativitas seseorang, dan hanya membuat otak menjadi tumpul. Nash lebih suka belajar secara otodidak, memahami dan memecahkan dinamika pergerakan natural melalui pemikirannya sendiri yang sangat kreatif. Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide orisinil untuk meraih gelar doktornya. Akhirnya dia berhasil diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.
Di lain sisi Nash mengidap penyakit gangguan jiwa skizofrenia yaitu suatu gangguan jiwa dimana penderitanya tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan. Sebenarnya penyakitnya tersebut sudah dideritanya sejak dia berada di Princeton, namun semakin parah ketika ia mengajar di MIT. Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Soviet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia tersebut, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.

Postmodernisme

Walaupun ada beberapa filsuf dari generasi "modern", Jean-Paul Sartre (1905-1980) dianggap paling berpengaruh. Sartre mengatakan bahwa eksistensi mendahului esensi, yaitu, "esensi" atau makna benda, tidak diberikan oleh Tuhan, tetapi adalah suatu akal bulus manusia. Tidak ada kekuatan utama atau makna, artinya adalah sesuatu yang kita buat untuk diri kita sendiri. Dalam pandangan eksistensialis Sartre, kita sepenuhnya bebas untuk membuat pilihan-pilihan kita sendiri dan menciptakan makna kita sendiri. Setiap kali kami tidak menerima kebebasan dasar kita, kita bertindak dengan itikad buruk. Kritik pandangan Sartre mempertanyakan tempat harapan masyarakat dalam kehidupan individu.

Beautiful Mind karya Sylvia Nasar ini merupakan salah satu bentuk dari sebuah Postmodernisme, dimana John Nash (Russel Crowe) merupakan seorang matematikawan yang berkutat dengan angka-angka. angka-angka tersebut membuatnya tidak dapat keluar. dalam diri John semua hal tidak dapat dipercayai kecuali angka-angka yang keeluar dalam pikirannya tersebut. disini kita dapat merepresentasikan dalam kenyataan bahwa Postmodernisme tersebut merupakan sebuah bentuk pemikiran yang menentang norma-norma dalam realitas kehidupan, dalam artian menolak kehidupan modern yang notabennya orang-orang dapat berpikir bebas sesuai kehendak. dalam film ini John Nash yang memang seorang matematikawan tidak dapat berpendapat demikian. karena angka-angka tersebut akhirnya timbul-lah halusinasi dan John Nash tidak mempercayai orang-orang yang real dikehidupannya melainkan ia lebih percaya terhadap angka-angka yang berubah menjadi halusinasi. 

pada akhirnya tidak ada obat yang dapat menyembuhkan John Nash kecuali Cinta. adakah sisi postmodernisme dalam cerita tersebut? tanyakan kepada diri kalian setelah menonton film tersebut.
 

World of Mine Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates